Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat
bicara perihal konflik berkepanjangan yang terjadi di internal Persatuan
Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
SBY mengimbau agar
PSSI mendengar suara rakyat. Keributan yang terus melanda PSSI
sebenarnya melukai hati rakyat. Semangat yang begitu tinggi terhadap tim
nasional jangan dihadiahi dengan perselisihan.
"Jangan sibuk berantem.
Masak tidak ada habis-habisnya. Carikan solusinya dengan baik," kata
SBY dalam jumpa pers di Istana, Jakarta, Senin (5/3/2012).
Lebih
dari separuh anggota PSSI menolak keputusan Djohar yang tidak mengakui
Indonesia Super League (ISL), kompetisi sepak bola yang sudah bergulir
selama empat tahun terakhir dan sudah cukup mapan dalam struktur dan
penjenjangan.
Djohar kemudian menunjuk Indonesia Premier League (IPL), kompetisi sepak bola tandingan di jaman ISL.
Imbas
dualisme kompetisi ini kemudian sampai pada tim nasional (timnas).
Karena hanya IPL yang dianggap sah, maka pemain timnas hanya boleh
diambil dari IPL. Sangat disayangkan, padahal mayoritas pemain-pemain
langganan timnas seperti Cristian Gonzales, Firman Utina, Ahmad Bustomi
dan yang lain justru berlaga di ISL. Begitupula sejumlah talenta-talenta
baru seperti Titus Bonai, Egi Melgiansyah, Zulham Zamrun.
Penurunan
kualitas timnas pun terlihat jelas. Di Stadion Nasional Bahrain,
Indonesia digilas 0-10 oleh tuan rumah dalam laga terakhir kualifikasi
Piala Dunia 2014, Rabu (29/2/2012) malam. Kekalahan ini merupakan rekor
sepanjang sejarah. Lebih buruk daripada tragedi 3 September 1974, dimana
Indonesia kalah 0-9 dari Denmark di Kopenhagen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar