Jakarta - Ketua umum PSSI Djohar Arifin Husin menanggapi pernyataan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Kekalahan
10-0 dari Bahrain pekan lalu merupakan kekalahan terbesar yang pernah
dialami timnas Indonesia sejak terbentuknya PSSI, 19 April 1930 silam.
Keprihatinan juga diungkapkan Presiden.
Menurut Presiden,
kekalahan ini tak lepas dari konflik di kepengurusan PSSI pusat, yang
merambat hingga ke level paling bawah. Kompetisi pun ikut terbelah.
Orang
nomor satu di republik inipun meminta PSSI berhenti mencari siapa yang
salah dan siapa yang menang, dan mulai mencari solusi damai seperti yang
diinginkan rakyat Indonesia.
"Imbauan Presiden sangat bagus dan
perlu ditegaskan tidak ada dualisme kepengurusan. Federasi yang resmi
adalah kita. Maka, mari kita duduk bersama-sama," ujar Djohar dalam
jumpa pers di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Senin (5/3/12),
"(Imbauan Presiden) itu bagus untuk mempercepat proses bersatunya kita," tegas ketua umum.
Akibat
dualisme kompetisi, antara Liga Primer Indonesia (IPL), yang diakui
PSSI, dan Liga Super Indonesia (ISL), liga lama yang kini dianggap
ilegal oleh PSSI, badan sepak bola nasional itu hanya bisa memilih
pemain timnas dari IPL. Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Andi
Mallarangeng, menyayangkan adanya diskriminasi ini.
"Tadi kan
sudah dikatakan tidak ada diskriminasi, ini bukan PSSI yang melarang,
tetapi FIFA melalui suratnya yang melarang. Pemain ISL tertutup membela
timnas. Kita menyadari itu, jadi kita ajak mereka bersatu, kembali ke
rumah (PSSI). Kembali ke rumah dan sama-sama kita bangun rumah kita,"
tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar