London - Jauh sebelum menjadi manajer,
Piala FA sudah punya cerita tersendiri untuk Roberto Di Matteo. Bisakah
kini pria 41 tahun itu menghidupkan kenangannya kembali?
Ketika itu Di Matteo masih berusia 26 tahun. The Blues,
yang waktu itu dimanajeri Ruud Gullit, melaju ke final tahun 1997
setelah mengalahkan Wimbledon 3-0. Dua gol dari Mark Hughes--kini
manajer Queens Park Rangers--dan Gianfranco Zola membuat The Crazy Gang takluk.
Cerita
Di Matteo terjadi pada detik ke-42 laga final melawan Middlesbrough
Wembley. Dari jarak sekitar 20 meter, ia melepaskan tembakan yang tak
mampu dihalau kiper The Boro, Ben Roberts. Chelsea unggul 1-0 nyaris di sepanjang pertandingan.
Setelah
gol pemain Boro, Gianluca Festa, dianulir wasit, tak ada lagi gol
tercipta. Sampai akhirnya Eddie Newton melengkapi kemenangan Chelsea
tujuh menit menjelang laga usai.
Di Matteo pun dipuji-puji
sebagai pahlawan. Golnya ketika itu tercatat sebagai gol tercepat dalam
sejarah final Piala FA, sampai akhirnya dipatahkan oleh Louis Saha
(Everton) pada final tahun 2009. Ironisnya, gol Saha yang tercipta di
detik ke-25 itu lahir di gawang Chelsea.
Di Matteo, kini 41
tahun, punya kesempatan untuk mengulangi sukses serupa musim ini.
Syaratnya, ia harus bisa membawa Chelsea melewati Tottenham Hotspur di
semifinal dan Liverpool di final.
Hanya saja, pria kelahiran
Schaffhausen, Swiss, ini memilih untuk melupakan sisi sentimentil. Yang
ada di benaknya adalah fokus menghadapi laga melawan Spurs dulu.
"Ini bukan soal saya," ujar manajer yang statusnya masih caretaker ini di Guardian.
"Ini
adalah tentang Chelsea. Tentang pemain-pemain di dalamnya dan kans
mereka memenangi sebuah trofi musim ini. Lalu, setelah itu, kita akan
fokus kepada Barcelona dan Arsenal," tukasnya.
Chelsea memang
masih memiliki kans untuk mendapatkan dua trofi musim ini, kendati
tampil tak terlalu bagus di Premier League. Selain Piala FA, mereka juga
masih berpeluang untuk menyabet gelar juara Liga Champions.
"Kami
fokus untuk pertandingan yang ada di depan mata, tidak lebih. Karena
setiap pertandingan menawarkan tantangan yang berbeda saat ini. Jadi,
kami memilih untuk mengkhawatirkan pertandingan lainnya setelah itu,"
ucap Di Matteo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar