Jakarta - Kekalahan Timnas Indonesia 0-10 dari Bahrain
beberapa waktu lalu masih menyisakan luka. Bahkan, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ikut angkat bicara.
Kekalahan 0-10
tersebut menjadi yang terbesar dalam sejarah. Kekalahan terbesar timnas
terakhir kali terjadi tahun 1974 lawan Denmark dengan skor 0-9 di
Kopenhagen.
Beragam kritik pedas pun tertuju kepada PSSI selaku
organisasi sepak bola nasional. Mereka dituding sebagai biang kekalahan
tersebut karena tidak mengikutsertakan pemain yang berlaga di Indonesia
Super League (ISL) seperti Christian Gonzales, Ahmad Bustomi, Hamka
Hamzah, Boaz Solossa, Bambang Pamungkas dll.
Kekecewaan pun dirasakan oleh Bernhard Limbong selaku penanggung jawab timnas. Ia mengaku sedih dan terpukul.
"Kekalahan
0-10 dari Bahrain membuat saya sedih. Namun, PSSI sudah menghubungi
FIFA dan AFC untuk menggelar investigasi terkait pemilihan wasit.
Mengapa harus (Andrew) El Haddad yang memiliki jejak rekam buruk," ujar
Limbong di Kantor PSSI, Selasa (6/3/2012).
"Kita semua tahu bahwa
ketika Andrew El-Haddad memimpin pertandingan antara Cina lawan
Singapura, dia memberikan dua hadiah penalti kepada Cina di menit-menit
akhir sehingga Singapura kalah 1-2," lanjutnya.
Limbong pun menyinggung komentar yang diutarakan Presiden SBY terkait kekalahan 0-10 dari Bahrain.
"Kami
senang Presiden memberikan perhatiannya terkait kekalahan timnas dan
kisruh PSSI. Semoga kedepannya tidak ada lagi masalah seperti ini,"
tukasnya.
Presiden menganggap kekalahan telak ini sebagai dampak
dari kisruh sepak bola nasional yang tidak kunjung selesai. SBY pun
meminta PSSI segera mencari solusi damai agar sepak bola nasional segera
bangkit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar